Salah satu mitos - ya, mitos alias kekeliruan persepsi yang berkembang di kalangan awam adalah "semakin tinggi resolusi foto ( dalam satuan megapiksel ) suatu kamera digital, akan semakin tinggi kualitas gambar yang dihasilkan."
Persepsi tersebut demikian kuat mengakar. Jutaan konsumen membuang trilyunan rupiah setiap tahun untuk mengganti kamera digital yang dimilikinya saat ini - yang sebetulnya masih sangat layak pakai - dengan kamera terbaru yang "lebih tinggi megapikselnya".
Ironisnya, banyak produsen, sales dan toko-toko kamera - juga produsen smartphone berkamera - walau tahu betul soal kesalahkaprahan tersebut tidak berusaha untuk memberi edukasi yang benar. Sebaliknya, mereka malah berlomba mengeksploitasi ketidaktahuan konsumen dengan mengiklankan kamera-kamera terbaru yang semata-mata menonjolkan peningkatan megapiksel.
Pada dasarnya, satu megapiksel adalah kumpulan satu juta titik elemen gambar ( picture elements, pixels ) dengan intensitas warna yang berbeda yang menyusun sebuah foto atau video digital. Satuan pixel count dihitung dengan mengalikan horizontal pixels ( piksel yang tersusun secara mendatar ) dengan vertical pixels ( piksel yang tersusun secara vertikal ). Jadi sebuah kamera dengan resolusi 3 MP misalnya, memiliki 2.048 x 1.536 = 3.145.728 piksel. Dibulatkan menjadi 3 megapiksel.
Sepintas memang terasa logis menganalogikan bahwa semakin banyak megapiksel, kualitas gambar akan meningkat. Namun jangan salah duga. Dalam kenyataannya, megapiksel hanya menentukan besaran foto digital, bukan kualitas. Kalau memang foto yang dihasilkan bagus, resolusi yang tinggi akan menjaga kualitasnya saat perbesaran gambar dilakukan. Sebaliknya, foto yang dari sononya memang sudah "hancur", tak akan terangkat kualitasnya oleh resolusi seratus megapiksel sekalipun. Jika yang Anda kejar kualitas foto, maka faktor lensa, ukuran image sensor, aneka equipment tambahan dan tentu saja skill sang juru foto jauh lebih menentukan.
Tentu kita tidak bermaksud meremehkan manfaat besaran resolusi foto. Foto dengan resolusi yang tinggi memiliki satu kelebihan : cropping. Jika Anda memiliki foto dengan resolusi, katakanlah 24 megapiksel, Anda dapat memotong tampilan latar belakang foto yang tidak diinginkan, menyisakan hanya bagian tertentu foto ( misalnya close-up wajah ). Hasil cropping itu masih memiliki ukuran yang cukup besar untuk diprint tanpa mempengaruhi kualitas hasil cetakan.
Resolusi foto yang tinggi juga berguna buat fotografer profesional yang biasa memproduksi foto untuk keperluan display a.k.a promosi produk luar ruang ( baliho, billboard, neon box, dan display ukuran raksasa lain ). Maka menjadi agak sulit dicerna akal jika ada seorang amatir yang hanya butuh mencetak foto ukuran postcard buat album kenangan keluarga "nekat" membeli kamera dengan resolusi 36 megapiksel macam Nikon D800 ...
Jadi, berapa tepatnya besaran resolusi yang ideal buat penggunaan rata-rata?
5 atau 6 megapiksel sudah cukup buat kebanyakan size print. Resolusi sebesar itu sudah bisa didapatkan dari kamera smartphone sekalipun. Kamera saku saat ini rata-rata sudah bergerak di kisaran 12 - 18 MP. Sudah lebih dari cukup. Jika kualitas foto dan fleksibilitas pengaturan setting yang ingin Anda kejar, jangan beli kamera saku dengan megapiksel yang lebih tinggi, tapi belilah kamera DSLR.
Seri foto bertajuk "American Museum of Natural History" karya Fotografer Joe Holmes dengan ukuran print 13 x 19 in (32.5 x 47.5 cm) dijual secara secara eksklusif dan terbatas ( limited-edition ) di Manhattan's Jen Bekman Gallery, New York. Harganya $650 (sekitar enam juta rupiah) per lembar. Semua foto tersebut dibuat dengan kamera D70. Resolusi kameranya? Cuma 6 megapiksel tuh ...
Komentar
Posting Komentar