Zen Garden alias Taman Zen di Jepang dikenal dengan istilah "karesansui", yang terjemahan harfiahnya berarti "lansekap kering" (dry landscape). Taman Zen memiliki form berupa lanskap mini yang terdiri atas komposisi batu-batu, air, pepohonan dan semak-semak yang dipangkas secara teliti, dan satu bidang/luasan berisi kerikil atau pasir dengan pola yang dibentuk menyerupai gelombang air.
Pasir putih dan kerikil telah lama menjadi elemen utama taman Zen Jepang. Dalam agama Shinto, kedua unsur tersebut digunakan untuk melambangkan kemurnian, dan digunakan di sekitar kuil, candi, dan istana. Di Taman Zen, pasir dan kerikil merepresentasikan air, atau seperti ruang putih di lukisan-lukisan Jepang, melambangkan kekosongan dan jarak.
Taman Ryoan-Ji di Kyoto, salah satu Zen Garden paling terkenal di dunia |
Ciri khas taman Zen adalah ukurannya yang relatif kecil, dikelilingi tembok, dan lazimnya sengaja dirancang untuk dinikmati hanya dari satu sudut pandang di sisi luar taman. Dalam tradisi Zen Buddhisme Jepang sudut pandang tersebut biasanya terletak di hojo alias kediaman biksu kepala di biara di mana taman tersebut berada. Ini dimaksudkan sebagai bagian dari cara membantu proses meditasi, karena selain faktor artistik, desain taman Zen sebetulnya lebih diarahkan untuk membantu konsentrasi, menangkap esensi intim dari alam dan kehidupan.
Taman zen yang paling terkenal di Kyoto adalah Ryoan-ji, yang dibangun pada akhir abad ke-15 di mana untuk pertama kalinya taman zen menjadi bersifat abstrak murni. Taman tersebut berbentuk persegi panjang dengan luas 340 meter persegi. Di dalamnya tersusun lima belas batu dari berbagai ukuran, yang dengan cermat disusun dalam lima kelompok. Satu kelompok terdiri dari lima batu, dua kelompok berisi tiga batu, dan dua kelompok lain terdiri atas dua batu. Batu-batu tersebut dikelilingi oleh hamparan kerikil putih, yang setiap hari dirapikan ulang secara cermat oleh para biarawan. Vegetasi yang tumbuh di taman hanyalah beberapa lumut di sekitar batu. Taman tersebut dimaksudkan untuk dilihat dari posisi duduk di beranda HoJo, kediaman kepala biara.
Penyusunan dan penempatan batu-batu
Bagian terpenting dari proses pembuatan taman Zen khas Jepang adalah seleksi dan penempatan (penyusunan) batu-batu. Berbeda dengan taman khas Cina dari era Dinasti Sung yang memusatkan daya tarik pada satu bongkah batu dengan bentuk yang istimewa (berbentuk binatang atau lainnya), taman Zen Jepang lebih "bermain" pada harmoni. Tidak ada satu batu yang dipandang lebih istimewa dari yang lain. Semua hadir sebagai bagian komposisi yang secara bersama-sama menghadirkan kesatuan estetis.
Elemen Kerikil dan Pasir
Kerikil dan bebatuan berukuran kecil lebih banyak dipakai daripada pasir karena tidak mudah dirusak oleh hujan dan angin. Bidang kerikil tersebut dibuat menyerupai pola gelombang atau riak air. Selain fungsi estetik, pola tersebut dimaksudkan untuk membantu konsentrasi para biksu kala bermeditasi. Bagi pembuat taman, bagian paling menantang dan menuntut kreativitas tinggi adalah merancang variasi pola gelombang tersebut sehingga tidak terkesan monoton atau statis.
Komentar
Posting Komentar