"Jika salah seorang diantara kalian berdoa, maka janganlah dia mengatakan 'jika Engkau kehendaki', tapi hendaknya dia memperkuat permohonannya dan meninggikan keinginannya. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak merasa bahwa apa yang Dia berikan sesuatu yang besar." (HR. Bukhari)
Ada dua "kehidupan" di mana saya saat ini berada: kehidupan pertama adalah dunia kerja sehari-hari tempat saya menjalani rutinitas, menghabiskan sebagian besar waktu. Kehidupan yang kedua adalah kehidupan di 'dunia' yang berlawanan; dunia di mana batin saya terus gelisah, berontak, dan mempertanyakan banyak hal, termasuk mempertanyakan mengapa diri saya seperti terjebak dalam ketidakberdayaan dan stagnasi di kehidupan yang pertama.
Beruntung Saya menginsyafi sedari awal bahwa rasa tidak puas adalah hal yang wajar. Satu alasan kita terus berkembang dan termotivasi karena kita tidak puas dengan kondisi kita sekarang. Sekali orang merasa puas dengan dirinya, dia akan berhenti berjuang, berhenti memperbaiki diri, berhenti mencari sesuatu yang lebih baik ..
Memperbaiki diri dapat dimulai kapan saja, tak harus menunggu momen tertentu. Namun buat kebanyakan orang tahun baru barangkali menjadi waktu yang paling enak dijadikan milestone alias tonggak di mana kita memulai perubahan.
Yang perlu diingat ketika membikin resolusi tahun baru adalah semuanya akan sia-sia jika daftar perubahan hidup yang ingin dibuat hanya tinggal sebagai daftar belaka, tanpa implementasi atau usaha sistematis untuk mewujudkannya.
Jika kita pelajari melalui analisis biografi (seperti yang dilakukan Maslow), orang-orang yang sukses dalam bidang apapun memiliki satu persamaan: mereka tidak dilanda perang batin ketika mengejar impian-impiannya. Semua konflik batin dan keraguan atas tindakan yang (akan) dilakukan telah dituntaskan bahkan sebelum mereka mulai bergerak, sehingga mereka sanggup berjuang dengan kekuatan penuh, bukan kekuatan yang tertahan-tahan atau hanya sebagian dikeluarkan.
Karena tidak berperang dengan diri sendiri dan tidak berdebat dengan nurani, mereka tidak lagi memiliki keraguan, rasa malu, rasa takut, gengsi, dan perasaan-perasaan lain yang menjadi faktor penghambat tatkala totalitas tengah dibutuhkan dalam perjuangan.
Mereka fokus dan setia pada sistem nilai yang dianutnya, memiliki determinasi kuat dan tak tergoyahkan bahkan ketika kemunduran dan cobaan terburuk melanda.
Ah, Saya jadi teringat pada tulisan praktisi hipnoterapi dan NLP Yan Nurindra mengenai servomechanism dan kaitannya dengan LoA (Law of Attraction) di Portal NLP. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kesadaran dan rasio belaka untuk membuat perubahan karena efeknya tidak akan signifikan. Pikiran bawah sadar (subconscious mind) harus kita program ulang dengan nilai-nilai yang baru. Mengapa? Karena persoalan habit, motivasi, kepercayaan diri, dan keyakinan diri adalah wilayah yang dikuasai dan dikendalikan oleh alam bawah sadar.
Tidak percaya? Gambaran sederhananya adalah seorang perokok. Setiap perokok tahu betul kalau merokok berbahaya buat kesehatan. Namun mereka seperti tidak berdaya untuk berhenti merokok bahkan ketika motivasi dan kesadaran untuk melakukan itu ada dan dijalankan dengan sungguh-sungguh. Itu karena pikiran bawah sadar yang menguasai kebiasaan merokok (dan mendorong mereka untuk selalu kembali ke kebiasaan itu setiap kali coba dihentikan) tidak mereka sentuh ..
So, agar resolusi yang kita canangkan di awal tahun dapat tercapai secara efektif, tak ada salahnya mempraktekkan teknik memprogram ulang pikiran yang banyak diajarkan melalui pelatihan-pelatihan neuro-linguistic programming (NLP), atau melakukannya secara mandiri melalui teknik yang banyak diulas di situs-situs web pengembangan diri.
Komentar
Posting Komentar