Berpikir di Luar Kotak

Sambil membaca-baca tweets yang masuk di home timeline saya, pikiran saya tertuju pada keberadaan Twitter itu sendiri. Jika kita abaikan sejenak sisi kasual dan popularitasnya saat ini, Twitter sejatinya adalah salah satu ide paling aneh yang pernah diimplementasikan.

Ketika World Wide Web alias jagat internet sedang asyik bergumul dengan konsep mainstream tentang "konten sebagai raja" (content is king) disertai maraknya anjuran buat para web publisher, blogger, dan media online untuk fokus mempublikasikan informasi sebanyak dan sekomplit mungkin, Jack Dorsey, Evan Williams dan kawan-kawan hadir dengan konsep sebuah situs media sosial baru yang ganjil: user hanya diberi jatah 140 karakter per posting untuk menuliskan apa yang ada di benaknya.

Seakan belum cukup 'gila', Dorsey menambah beberapa keganjilan yang lain: sistem follow-unfollow yang tidak membutuhkan approval pihak yang di-follow, fasilitas untuk mengkopi dan menyebarkan konten orang lain via retweet, dan redaksional tweet yang pasti memusingkan orang-orang yang terbiasa dengan kerapian tulisan karena dipenuhi mention, hashtag, dan URL 'kotor' (tanpa anchor text) untuk pranala luar.

Namun itulah Twitter, sebuah ide yang muncul melalui sesi daylong brainstorming para anggota dewan perusahaan podcasting Odeo, tempat para pendiri Twitter saat itu bernaung. Dorsey memperkenalkan ide tentang bagaimana menggunakan teknologi SMS untuk berkomunikasi dalam grup kecil. Proyek tersebut dimulai pada 21 Maret 2006, yakni ketika Dorsey mempublikasikan tweet pertama: "just setting up my twttr".
Sketsa antarmuka Twitter
Sketsa tampilan antarmuka Twitter yang dibuat Dorsey

Prototipe Twitter digunakan di lingkungan internal karyawan Odeo, sebelum akhirnya diperkenalkan ke publik pada 15 Juli 2006. Titik awal popularitas Twitter dimulai pada ajang Southwest Interactive (SXSWi) Conference 2007, di mana pengelola Twitter memasang dua buah layar plasma raksasa berukuran 60 inci di jalur masuk konperensi yang secara simultan menampilkan update tweet terbaru.

Metode promosi yang kreatif ini mengundang reaksi positif dari berbagai pihak - notabene para blogger teknologi dan orang-orang terkemuka di bidang media sosial - yang menghadiri konferensi tersebut. Tak pelak ini menjadi kampanye word of mouth yang sangat efektif.

Apa yang dilakukan Dorsey dengan Twitter barangkali tidak dapat dijadikan ukuran baku. Memulai startup teknologi bukanlah sesuatu yang mudah yang dapat dilakukan setiap orang. Namun ada satu aspek yang menarik dari kelahiran Twitter : keberanian mengeksekusi ide yang tidak lazim.

Dorsey, seperti halnya para perintis dan 'pendobrak' macam Steve Jobs atau duo pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin, memiliki visi yang berbeda dengan mainstream: berpikir di luar kotak sempit yang mengurung alam dan cara berpikir kebanyakan kita.

Komentar