Berani Menang, Jangan Takut Kalah

Konsep menang-kalah barangkali sama lawasnya dengan keberadaan "permainan" yang diciptakan manusia. Suatu permainan, lomba, game, persaingan, atau apapun namanya, akan terasa kurang greget jika pihak yang terlibat di dalamnya memperoleh hasil akhir yang sama (seri). Ini mungkin perwujudan dari naluri berkompetisi dalam diri kita, manusia.

Ketika kita mulai mengenal status dan menabalkannya sebagai ukuran penilaian pribadi, persoalan menang-kalah jadi semakin (dibikin) rumit. Menang atau kalah menjadi bagian dari status dan dipakai buat mengukur 'derajat' dan kualitas pribadi. Terkadang melebihi penilaian atas kemanusiaan.

Seorang investor di Wall Street bunuh diri setelah mengalami "kekalahan besar". Portofolio investasinya kehilangan nilai samasekali setelah kejadian Black Monday 1987 yang mengguncang pasar modal terbesar di dunia itu.

Sepintas mungkin kita akan menganggap bunuh dirinya itu hal yang "bisa dipahami" walau tetap tak bisa dibenarkan, apalagi dijadikan panutan. Orang yang memiliki investasi milyaran dan tiba-tiba kehilangan semuanya tentu bisa bertindak seperti orang gila. Namun akar masalah yang menyebabkan dia bunuh diri bisa jadi lebih dari sekadar kehilangan uang.

Sang investor malang itu meletakkan harga dirinya terlalu besar di lantai bursa. Dia menggantungkan penilaian atas dirinya pada hasil permainan investasi itu. Ketika berhasil, dia merasa besar. Ketika gagal, dia merasa hancur. Dia adalah korban dari sistem sosial yang tidak memberi tempat kepada para pecundang.

Antitesis terhadap gejala tak sehat itu bukannya tidak ada. Generasi sekarang yang berani melawan kemapanan memandang persoalan menang-kalah dengan lebih ringan. Kompetisi di berbagai bidang tetap berjalan, namun dipandang secara lebih santai sebagai permainan yang menyenangkan alih-alih sebagai pertarungan harga diri. Orang tetap mengejar kesuksesan, tetapi tidak ingin pengejaran itu membuatnya jadi kehilangan kesehatan, nurani, atau bahkan kehilangan dirinya sendiri. Cost-nya terlalu besar ..

Menang-kalah barangkali kurang relevan lagi dijadikan sebagai ukuran penilaian karena dia hanya atribut, bukan esensi. Ketika kita bisa menetralkan perasaan dan pikiran dari atribut ini, maka tidak ada lagi perbedaan antara keduanya, dan kita bisa terus berjalan ke depan dengan ringan. Tanpa beban. Meminjam kalimat Robert Kiyosaki: "Supaya kau bisa berhasil sebagai investor atau pemilik usaha, emosimu harus netral terhadap kemenangan atau kekalahan. Menang atau kalah adalah bagian dari permainan ini."

Komentar